oleh

Tradisi Coret Baju,Hiasi Kelulusan Pelajar Dikotim.

Tampak Poto Siswa dan Siswi saat rayakan kelulusan dengan Coret-coret baju pada Senin(13/5/2019)

SAMPIT,JURNALKALTENG-Aksi corat-coret seragam seperti sudah membudaya di kalangan pelajar. Baik SMP atau pun SMA, seperti menjadi hal wajib yang dilakukan usai Ujian Nasional.

Di Kabupaten Kotawaringin Timur(Kotim), aksi corat-coret seragam dilakukan di sejumlah titik, terlihat ada puluhan Siswa/i kelas XII, dengan riangnya melakukan aksi coret baju, tepatnya di Jalan KH Dewantara, Kecamatan Baamang, Senin (13/5/2019).

Selebrasi dengan cara hura-hura, konvoi di jalan dan coret-coret baju sudah jadi tradisi siswa meluapkan kegembiraan usai melaksanakan UN dan saat mengumumkan kelulusan. ”

“Tidak jelas sejak kapan budaya seperti ini dilakukan mulai dari tingkat SMP hingga SMA, yang pasti fenomena ini terjadi di berbagai daerah, termasuk Kotim”ujar jayadi salah seorang warga Kotim saat di wawancarai Senin (13/5/2019).

“Fenomena yang terjadi di berbagai kota dan dilakukan remaja-remaja ini bukan tanpa risiko. Konvoi di jalan, tanpa menggunakan helm juga jelas dapat mengakibatkan kecelakaan lalulintas. Belum lagi terlihat ada beberapa siswa yang Merokok dijalan”terangnya

“Euforia yang dilakukan anak-anak sekolah ini semestinya dicegah sejak dini. Tak ada manfaat positif dari aktivitas mereka, sebaliknya lebih banyak negatif. Belum hilang dalam ingatan kita kompilasi Sonya Depari, satu siswi SMA di Medan, memaki-maki polwan kompilasi dirazia saat konvoi. Persoalannya jadi panjang, Sonya pun stres karena dibully di dunia maya.”Bebernya

Aktivitas hura-hura tersebut sebetulnya dapat dicegah jika pihak sekolah dikonfirmasi, serta siswa menyadarkan dan mengalihkan perhatian anak-anak ke arah positif. Usia remaja adalah masa anak-anak mencari jati diri dan menunjukkan eksistensi mereka.

“Lebih bermanfaat bila kegembiraan siswa diisi dengan kegiatan positif seperti mengadakan aktivitas sosial, doa bersama, pagelaran kesenian, bersepeda bersama dan lainnya. Kegiatan ini justru lebih bermakna. Peran sekolah dan orangtua amat menentukan dalam menghilangkan tradisi tak terpuji ini,”pungkasnya.(MR)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed